Rabu, 03 Desember 2014

Arti Kejujuran dalam Berteman




 # مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ #
“Barang siapa sedikit benarnya/kejujurannya, maka sedikit pulalah temannya”

"Jujur" merupakan sebuah ungkapan yang sering kita dengan dan menjadi pembicaraan banyak orang. Ia merupakan suatu sifat yang sangat terpuji. Dan bahkan karena saking terpujinya, banyak orang yang mencari sosok teman atau karyawan yang bersifat jujur. Namun kenyataannya, sifat tersebut sangat jarang kita jumpai dalam setiap aspek kehidupan.

Kejujuran adalah mutiara dalam diri seorang muslim, banyak orang yang mengaku muslim namun mereka adalah pendusta, padahal pendusta tidak akan berhenti dari kedustaanya sehingga dia akan terus menerus menambah kedustaanya sampai dia mati. Dalam al-quran Allah memerintahkan kita senantiasa berbuat jujur dan menjadi golongan orang – orang yang jujur.
Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong. Orang yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam.

Senin, 01 Desember 2014

Konsep Penciptaan Menurut Ibnu Sina

Latar Belakang
Abad pertengahan merupakan periode bertemunya antara iman dan akal budi. Zaman ini bermula dari jatuhnya kekaisaran Romawi sampai dengan permulaan jaman modern. Sejarawan umumnya menentukan tahun 476,  yakni masa berakhirnya kerajaan Romawi barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya kerajaan Romawi timur yang saat ini berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul).[1] Adapun istilah abad pertengahan sendiri (yang baru muncul pada abad ke-17) sesungguhnya hanya berfungsi untuk menjelaskan zaman ini sebagai zaman peralihan atau zaman tengah antara dua zaman, yakni zaman kuno (Yunani dan Romawi). Dan jaman modern, yang diawali dengan masa Rennaissan.[2]
Zaman abad pertengahan ini ditandai dengan bertemunya dua ideologi besar, yakni filsafat[3] dan teologi. Pada mulanya, filsafat dan teologi dianggap sebagai dua pengetahuan yang bertentangan. Namun, akhirnya dengan adanya zaman abad pertengahan, dua ideologi besar tersebut dapat disatukan, di mana filsafat merupakan penghantar menuju teologi. Secara lebih khusus, filsafat memberikan penopang kepada setiap ilmu yang mencoba untuk mensistematisasikan serta membetulkan segala sesuatu. Teologi adalah suatu ilmu yang berdasarkan wahyu dari Allah. Dengan adanya filsafat, teologi dikritisi secara sistematis, maka dengan paham lama, dengan tidak disenangi oleh para filsuf, filsafat disebut sebagai ancila theologie (abdi /pelayan teologi). Dengan paham filsafat, teologi dijelaskan secara sistematis, logis, dan metodis. Selain itu, filsafat berusaha untuk menerangkan paham-paham yang ada pada teologi, agar mampu diangkat, dimengerti dan diterima oleh akal budi.