Minggu, 09 Februari 2014

Kritik Yusuf Qardhawi Terhadap Sekularisme

Kritikan yang dilakukan oleh Yusuf Qardhawi sebenarnya telah banyak pula dilakukan oleh para ulama, cendikiawan, pemikir muslim dan para pengkaji keislaman. Disini Yusuf Qardhawi mengkritik dengan mengatakan bahwa penerjemahan kata Secularism (Inggris) dan Secularite, atau laique (Prancis) menjadi kalimat Al’Ilmaniyah dalam bahasa arab adalah penerjemahan yang tidak mendalam. Karena lafadz al-ilmu dalam Bahasa Inggris dan Prancis diterjemahkan dengan kata Science. Dan kelompok ilmuwan disebut Scientific.
Sedangkan penambahan huruf alif dan nun (pada kata al-ilmaniyah) adalah tidak rasional dalam Bahasa arab, atau dalam aspek penisbatan ism. Karena yang ada adalah kalimat seperti rabbaniy penisbatan kepada kata rabb ( Tuhan ), tetapi didalam ulama-ulama modern banyak bermunculan kata-kata seperti ruhhaniy, nafsiy, nuraniy…juga banyak dipakai oleh para pembaharu, ungkapan seperti aqlaniy, syakhshaniy, dan Ilmaniy.
Secularism lebih cocok diterjemahkan menjadi Al-Ladiniyah atau ad-dunyawiyah, karena kata secularism tidak hanya bertolak belakang dengan masalah-masalah akhirat, tetapi juga tidak mempunyai hubungan apapun dengan Agama. Kalaupun ada, hubungan itu hanya bersifat konfrontatif. Sedangkan penerjemahan kata Secularism menjadi Al-Ilmaniyah, dikarenakan penerjemahannya tidak memahami dua kalimat, ad-dien (Agama) dan Al-Ilm (Ilmu Pengetahuan), kecuali dengan pemahaman Barat, berseberangan dengan Agama, Ilmu dan Akal keduanya bertentangan. Begitu pula, Sekularisme dan Rasionalisme, keduanya bertentangan dengan Agama.
Kritikan Yusuf Qardawi bahwa pemaknaan kata secularism menjadi Al-Ilmaniyah (dalam Bahasa Arab), tidak mendalam dan tidak ada hubungannya dengan lafadz Al-Ilmu. Ini sama dengan apa yang dikritik oleh Ghalib ibn ‘Ali ‘Awajiy, Safar Ibn Abdurrahman Al-Khuwaily, beliau mengatakan bahwa Al-Ilmu (Arab) apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris menjadi Science (Inggris). Seadngkan Secularism lebih cocok apabila diterjemahkan dengan lafadzh ­Al-Ladiniyah atau ad-dunyawiyah.
Sekularisme adalah kata yang berasal dan berkembang di Eropa, karena itu tidak pantas membahas makna Sekularisme dalam Bahasa Arab, tetapi membahas maknanya harus menurut pandangan Barat untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan Sekularisme. Sesungguhnya kata Secularisme diterjemahkan menjadi al-ilmaniyah adalah terjemahan yang menipu, mereka beralasan bahwa kalimat tersebut mempunyai hubungan dengan ilmu tetapi sebenarnya tidak ada hubungan sama sekali dengan Ilmu karena artinya menurut orang Barat adalah membangun kehidupan jauh dari Agama, Atau memisahkan antara kehidupan dunia dan agama secara keseluruhan. Jelaslah sudah bahwa Sekularisme tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu tetapi mempunyai hubungan dengan agama. Dengan dasar memisahkan Agama dan Kehidupan secara keseluruhan, Maka terjemahan yang benar menurut kaidahnya adalah “Al-ladiniyah” bukan “Al’Ilmaniyah”.
Al-Attas menambahkan, pada hakekatnya di dalam Islam tidak terdapat kata yang cocok untuk menerjemahkan kata Secular. Jika ada, itupun hanya mendekati, seperti yang terdapat Dalam Al-Qur’an yaitu al-hayat al-dunya, mengapa demikian ? karena konsep Sekular itu tidak ditemukan dalam Worlview Islam, sedangkan Worlview Islam bersumber dari Al-Qur’an.
Ghalib ibn ‘Ali ‘ Awajiy, mengatakan dari penerjemahan kata sekularisme yang tidak benar maka paham Sekularisme termasuk ke dalam Madzahib Haddamah, yang bertujuan untuk memisahkan antara Agama dengan kehidupan dan segala aspek-aspeknya, juga bertujuan untuk mendirikan kehidupan tanpa Agama dan menjauhkannya serta memusuhinya seperti kaum komunis.
Jelaslah sudah bahwa Sekularisme tidak terdapat dalam ajaran Islam, apabila kata Al-Ilmaniyah yang berarti mempergunakan ilmu dan akal, maka Islam sangat menganjurkan hal tersebut. Namun apabila Al’Ilmaniyah diartikan untuk memisahkan antara akal dan ilmu, memisahkan Agama dan Kehidupan, maka Islam sangat menentang hal tersebut. Karena hal tersebut tidak terdapat dalam Al-Qur’an, karena Allah selalu menyuruh manusia untuk menggunakan akalnya.
Factor yang paling utama dan sangat menonjol dalam proses munculnya Sekularisme dan banyak diakui oleh para tokoh adalah factor Agama. Factor tersebut tidak dapat dipungkiri, khususnya Agama Kristen yang banyak dianut oleh masyarakat Barat pada umumnya. Mengapa Agama disebut-sebut sebagai factor yang utama dalam proses Sekularisme di Barat ? ada beberapa alasan yang dapat diungkapkan.
Faktor Agama dalam kemunculan Sekularisme di Barat seperti yang dikemukakan banyak ahli sebenarnya telah terdapat dalam ajaran Kristen sendiri. Terdapat ucapan Yesus dalam perjanjian Baru :
Jawab mereka : “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Dari sinilah muncul kemudian dikotomi antara regnum dan sacerdotium, yaitu pemisahan antara kekuasaan Raja dan otoritas Gereja, antara Negara dan Agama. Dampaknya, Agama tidak terlalu ikut campur urusan politik. Kemudian doktrin ini dikembangkan oleh St.Agustin yang membedakan antara (civitas terrena) Kota Bumi dan (civitas dei) Kota Tuhan.
Harvey cox juga meyakini bahwa sekularisasi berakar dari kepercayaan Bibel. Bahkan Bibel sangat mendukung gagasan Sekularisasi. Dengan begitu Harvey cox menyimpulkan bahwa Sekularisasi merupakan suatu keharusan seorang Kristen. Menurutnya ada tiga ajaran Bibel yang menjadi dasar atas sekularisasi, yaitu : disen chantment of nature yang dikaitkan dengan penciptaan ( creation) , desacralization of politics terkait dengan migrasi besar-besaran (Exodus) kaum Yahudi dari Mesir dan deconsecration of values yang terkait dengan Perjanjian Sinai (Sinai covenant).
Al-Attas mempunyai pendapat yang berbeda tentang pertanyaan bahwa sekularisme mempunyai akar dari ajaran Bibel dan buah dari ajaran Bibel, menurutnya pendapat ini tidak mempunyai substansi dalam fakta sejarah. Sekularisasi tidak mempunyai akar dari dalam ajaran Bibel, tetapi terdapat dalam penafsiran orang Barat terhadap Bibel. Sekularisme bukan buah dari ajaran Bibel tetapi buah dari sejarah panjang konflik antara filsafat dan metafisika antara pandangan hidup dunia Barat yang religious dan yang sama sekali rasional.
Sekularisme yang terjadi di Barat menurut Yusuf Qardhawi tidak dikenal dalam warisan Islam. Karena pemisahan antara Agama dan non Agama adalah pemisahan yang tidak ada akarnya dalam tradisi Islam. Pemisahan tersebut dating dari luar tradisi Islam, yaitu dari Barat Masehi. Dalam tradisi Islam tidak dikenal adanya dua kekuasaan Agama dan kekuasaan Duniawi. Agama dan dunia diibaratkan antara ruh dan jasad, tidak ada pemisahan antara keduanya, Ruh dan Jasad menyatu dalam satu kesatuan.
Maka Yusuf Qardhawi menyimpulkan bahwa ada empat factor kemunculan Sekularisme di Barat, yaitu Barat Kristen menerima pemisahan antara kehidupan Tuhan dan kehidupan Kaisar, Barat Kristen tidak memiliki hokum syari’at bagi kehidupan dunia, Tidak ada didalam Islam institusi Agama, Sejarah Gereja bukan sejarah Islam. Beliau juga mengkritiknya dengan mengatakan bahwa hal tersebut semuanya tidak terjadi di dunia Islam sehingga sangat disayangkan apabila Sekularisme muncul di dunia Islam.



Buku                : “KRITIK TERHADAP SEKULARISME ( Pandangan Yusuf Qardhawi )”
Penulis             : M.Syukril Ismail

Penerbit          : CIOS ( Centre for Islamic and Occidental Studies )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar