Tauhid
adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena
tauhid menjadi landasan bagi setiap amal, menurut tuntunan Islam, tauhidlah
yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang
hakiki di alam akhirat nanti. Dan amal yang tidak dilandasi dengan tauhid akan
sia-sia, tidak dikabulkan oleh Allah dan lebih dari itu, amal yang dilandasi
dengan syirik akan menyengsarakannya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Allah
berfirman:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
sebelum kamu, ‘jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah
Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur”. (Az-Zumar: 65-66)
Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta
alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti
rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan)Nya dan wahdaniyah
(keesaan)Nya dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan sifatNya.
Iblis
mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaaan dan
kemahakuasaan Allah dengan permin-taannya kepada Allah melalui Asma dan
sifat-Nya. Kaum Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa
pencipta. Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah.
Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.” (Luqman:
25).
Namun
kepercayaan mereka dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai
makhluk yang berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini lalu
timbullah pertanyaan: “Apakah hakikat tauhid itu?”
Hakikat
Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan
takut kepadaNya. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan
sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid. Mulai Rasul yang
pertama, Nuh, hingga Rasul terakhir, yakni nabi Muhammad n. Sebagaimana firman
Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu.” (Adz-Dzariyat: 56).
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl:
36)
Sesungguhnya
tauhid tercermin dalam kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah. Maknanya, tidak ada yang berhak disembah
melainkan Allah dan tidak ada ibadah yang benar kecuali ibadah yang sesuai
dengan tuntunan rasul yaitu As-Sunnah. Orang yang mengikrarkannya akan masuk
Surga selama tidak dirusak syirik atau kufur akbar.
Sebagaimana
firman Allah:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang, mendapat petunjuk.” (Al-An’am:
82)
Abdullah
bin Mas’ud meriwayatkan, “Ketika ayat ini turun, para sahabat merasa sedih dan
berat. Mereka berkata siapa di antara kita yang tidak
berlaku dzalim kepada diri sendiri lalu Rasul menjawab:
لَيْسَ
ذَلِكَ، إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ، أَلَمْ تَسْمَعُوْا قَوْلَ لُقْمَانَ لاِبْنِهِ:
{يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}. (متفق
عليه).
“Yang dimaksud bukan (kedzaliman) itu, tetapi syirik. Tidak-kah kalian
mendengar nasihat Luqman kepada puteranya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar suatu
kedzaliman yang besar.” (Luqman: 13) (Muttafaqun alaih).
Ayat
ini memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengesakan
Allah. Orang-orang yang tidak mencampur-adukkan antara keimanan dengan syirik
serta menjauhi segala perbuatan syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan
keamanan yang sempurna dari siksa Allah di akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan
petunjuk di dunia.
Jika
dia adalah seorang ahli tauhid yang murni dan bersih dari noda-noda syirik
serta ikhlas mengucapkan “laa ilaaha illallah” maka tauhid kepada Allah
menjadi penyebab utama bagi kebahagiaan dirinya, serta menjadi penyebab bagi
penghapusan dosa-dosa dan kejahatannya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam
sabda Rasulullah yang diriwayatkan ‘Ubadah bin Ash-Shamit:
مَنْ
شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ
وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّهَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ.
(رواه البخاري ومسلم).
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan Muham-mad adalah hamba dan utusan-Nya,
dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusanNya dan kalimat yang
disampaikanNya kepada Maryam serta ruh dari padaNya, dan (bersaksi pula bahwa)
Surga adalah benar adanya dan Nerakapun benar adanya maka Allah pasti akan
memasukkan ke dalam Surga, apapun amal yang diperbuatnya.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Maksudnya,
segenap persaksian yang dilakukan oleh seorang Muslim sebagaimana yang
terkandung dalam hadist tadi berhak memasukkan dirinya ke Surga. Sekalipun
dalam sebagian amal perbuatannya terdapat dosa dan maksiat. Hal ini sebagaimana
ditegaskan di dalam hadist qudsi, Allah berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتني بِقُرَابِ اْلأَرْضِ
خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا
مَغْفِرَةً. (حسن، رواه الترمذي والضياء).
“Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa
sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika menemuiKu dalam keadaan tidak
menyekutukanKu sedikitpun, niscaya aku berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi
pula.” (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhiya’, hadist hasan).
Hadist
tersebut menegaskan tentang keutamaan tauhid. Tauhid merupakan faktor
terpenting bagi kebahagiaan seorang hamba. Tauhid merupakan sarana paling agung
untuk melebur dosa-dosa dan maksiat.
Jika
tauhid yang murni terealisasi dalam hidup seseorang, baik secara pribadi maupun
jama’ah, niscaya akan menghasilkan buah yang sangat manis. Di antara buah manis
yang didapat adalah:
- Tauhid memerdekakan manusia dari segala per-budakan
dan penghambaan kecuali kepada Alah. Memerdeka-kan fikiran
dari berbagai khurofat dan angan-angan yang keliru. Memerdekakan hati dari
tunduk, menyerah dan menghinakan diri kepada selain Allah
Memerdekakan hidup dari kekuasaan Fir’aun, pendeta dan thaghut yang
menuhankan diri atas hamba-hamba Allah.
- Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh. Arah
hidup-nya jelas, tidak menggantungkan diri kepada Allah. Kepada-Nya ia
berdo’a dalam keadaan lapang atau sempit.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menyembah orang yang hidup, pada saat lain ia menyembah orang yang mati. Orang Mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridla dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hati menjadi tentram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkan ke kanan, sedang tuhan yang lainnya menginginkan ke kiri.
- Tauhid mengisi hati para ahlinya dengan
keamanan dan ketenangan. Tidak merasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid
menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga.
Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya menjadi sirna.
Seorang Mukmin hanya takut kepada Allah. Karena itu ia merasa aman ketika
kebanyakan orang merasa ketakutan, ia merasa tenang ketika mereka kalut.
- Tauhid memberikan nilai Rohani kepada pemilik-nya. Karena
jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal kepadaNya,
ridha atas qadar (ketentuan) Nya, sabar atas musibah serta sama
sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan
meminta kepadaNya. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah
agar segera dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati.
Syi’ar dan semboyannya adalah sabda Rasul:
إِذَا سَأَلْتَ
فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. (رواه الترمذي وقال
حسن صحيح).
Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon
pertolongan maka mohonlah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata
hadits hasan shahih)- Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan keadilan. Karena
tauhid tidak membolehkan pengikutnya mengambil tuhan-tuhan selain Allah di
antara sesama mereka. Sifat ketuhanan hanya milik Allah satu-satunya dan
semua manusia wajib beribadah kepadaNya. Segenap manusia adalah hamba
Allah dan yang paling mulia di antara mereka adalah Muhammad n kemudian orang yang paling bertaqwa.
Itulah
buah manis dari Tauhid yang akan membebaskan pelakunya dari kehinaan dan
kesengsaraan dan Tauhidlah yang akan mengembalikan kehormatan Islam dan
Muslimin, mengembalikan harga diri dan kemuliaan Islam dan Muslimin, dan
menaikkan derajat dan martabat Islam dan Muslimin di atas segala kehinaan yang
selama ini dialami oleh kaum Muslimin.
Kesimpulan
Tauhid adalah
pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid
menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya.
- Hakekat Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu:
meghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen, dengan
mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan penuh
rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
2. Tauhid
menyebabkan pemiliknya dihapuskan dari segala dosa.
- Tauhid yang terealisasi dalam hidup seseorang, akan menghasilkan
buah yang sangat manis, yaitu:
·
Tauhid memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan
penghambaan.
·
Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh.
·
Tauhid mengisi hati para ahlinya dengan keamanan dan
ketenangan.
·
Tauhid memberikan nilai ruhiyah kepada pemiliknya.
·
Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan persamaan.
Karena
itu, marilah pada kesempatan kali ini kita berdo’a kepada Allah, memohon
ampunan atas segala dosa syirik yang pernah kita lakukan dan kita memohon agar
kita dijauhkan dari segala perbuatan syirik dan pelaku-pelakunya. Kemudian pula
kita memohon kepada Allah agar kita dihindarkan dari kehinaan dan diangkat
derajat kita di dunia dan di Akhirat. wallahu a'lam bissowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar