PENDAHULUAN
Agama Islam telah ada
sejak Zaman Nabi Muhammad SAW , kemudian di Teruskan oleh Para khalifah dan
Sahabat – Sahabatnya sehingga sampai kepada kita (umat islam) yang ada di
Indonesia. Perjalanan datang nya agama islam tentunya ada pembawa dan
sejarahnya. Untuk itu Mari kita sama sama belajar , mengenal, mengetahui
tentang sejarah masuk nya islam ke Indonesia.
Indonesia memiliki
Profil Negara yang kaya akan hasil bumi (rempah – rempah) , sehingga menjadi
pusat perhatian Dunia. Kemudian para pedagang dari Luar Indonesia berdatangan
untuk berdadang , mencari rempah – rempah. Para pedangan tersebut di antara nya
Arab, Persia, dan Gujarat, yang kemudian sembari mencari rempah – rempah mereka
pun mengajarkan Agama mereka di Indonesia (Agama Islam).
Pada Makalah ini, Penulis akan memaparkan banyak tentang Karakteristik Masuknya
Islam Di Indonesia, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam Di Indonesia, Teori-Teori
Masuknya Islam Ke Indonesia, Sumber Bukti Masuknya Islam Ke Indonesia, dan Akulturasi
Budaya Hindu-Budha dengan Islam.
KARAKTERISTIK MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Masuknya
pengaruh agama dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki latar berlakang yang
sama dengan agama Hindu-Budha, yaitu melalui jalur perdagangan dengan pedagang
Arab, India dan Cina yang terlebih dahulu telah memeluk agama Islam.
Agama Islam diperkenalkan dan
disebarluaskan dengan cara yang damai, tidak melalui peperangan atau pemaksaan.
Peranan wali dari penduduk asli Indonesia turut serta dalam penyebaran agama
Islam, yang menjadi menarik perhatian masyarakat adlah mereka tidak membuat
dirinya menjadi berbeda dengan lainnya. Penggunaan pakaian dan pendekatan
bahasa adalah cara yang efektif, diperkenalkannya unsur-unsur kesenian menambah
khasanah kebudayaan Indonesia.
1.
Samudra Pasai
Orang
Gujarat, Persia dan Arab yang berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan
muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun
1268 dan digantikan oleh dinasti Mamaluk yang beraliran Syafi’i, mereka
menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitupula di pantai Timur Sumatera.
Utusan dinastri
Mamaluk yang bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di
Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut
aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i.
Sultan
Malikul Shaleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Thahir,
putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali
menganut aliran Syiah.
Saat
Majapahit melakukan imperium ke seluruh Nusantara, kesultanan di Pasai tunduk
dan berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Nama-nama
sultan pengganti Sultan Malikul Saleh yang pernah berkuasa diSamudera Pasai
adalah :
1.
Sultan Muhammad
yang bergelar Sultan Malikul Tahir (1297-1363).
2.
Sultan Ahmad yang
bergelar Sultan Malik Az-Zahir (1326-1348).
3.
Sultan Zainal
Abidin (1348-1383)
Sumber-sumber
yang menyatakan keberadaan kesultanan di Pasai didapat dari catatan Ibnu Batuta
saat ekspedisi dari India ke Cina tahun 1345 dan catatan Marcopolo dari Venesia
tahun 1292.
2.
Kerajaan Malaka
Didirikan
oleh Paramisora, pangeran Majapahit yang melarikan diri ke Tumasik setelah
terjadi Perang Paregreg (1401-1406). Pelariannya ke Tumasik (Singapura)
dilanjutkan ke Semenanjung Malaka.
Paramisora
membuat pelabuhan sebagai tempat singgah para pedagang dari luar negeri maupun
dalam negeri, Paramisora mengganti agama lamanya dengan agama Islam dan
berganti nama menjadi Sultan Iskandar Syah. Kesultanan berikutnya adalah
Muhammad Iskandar Syah (1414-1424) yang menikah dengan putri dari Pasai. Sultan
Mudzafat Syah menggantikan Muhammad Iskandar Syah melalui kudeta, selanjutnya
kesultanan dilanjutkan Sultan Mansur Syah (1458-1477), Sultan Mahmud Syah
(1488-1511). Tahun 1511 saat Kerajaan Malaka dipimpin Sultan Mahmud Syah,
terjadi penyerbuan oleh bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Alburquerque.
Sultan
Mahmud Syah melarikan diri ke Johor dan mendirikan kerajaan Johor, Masalah
perpajakan diurus seorang tumenggung yang menguasai wilayah tertentu, urusan
perdagangan laut diurus oleh syahbandar dan urusan perkapalan diurus oleh
laksamana.
3.
Kerajaan Aceh
Kerajaan
Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530, Tahun 1564 Kerajaan
Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568).
Pada
masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda
yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.
Penggantinya
Alaudin Riayat Syah adalah Sultan Ali Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia
berkuasa dari tahun 1604-1607. Portugis melakukan penyerangan tapi usaha ini
tidak berhasil. Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari
tahun 1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak
terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612),
Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah
(1615-1619).
Gejala
kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan Iskandar Muda digantikan oleh
Sultan Iskandar Thani (1637-1642). Pada masa ini terjadi pertikaian antara
golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku), sedangkan golongan
agama sendiri tidak pernah bersatu karena terdapat dua aliran yang berbeda,
Syiah dan Sunni.
4. Kerajaan Demak
Kerajaan
Demak didirikan oleh Raden Fatah. Yaitu keturunan Raja Brawijaya V yang menikah
dengan putri Cina. Ketika Majapahit masih berkuasa walaupun dalam keadaan
lemah, Raden Fatah diangkat menjadi bupati di Bintoro (Demak) dengan gelar
Sultan Alam Akbar al Fatah. Tahun 1500 Demak menyerang Majapahit dan
memindahkan pusat pemerintahan di Demak.
Setelah
Raden Fatah wafat, Demak diserahkan kepada Cu-cu atau Sumangsang, Selanjutnya
Demak diperintah oleh Dipati Unus dari tahun 1507.
Tahun 1513
Demak memimpin pasukan yang dipimpin oleh Dipati Unus melakukan usaha merebut
Selat Malaka dari Portugis. Karena kejadian itu, Dipati Unus dikenal dengan
panggilan Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran yang menyeberang ke Utara. Sultan
Trenggana menggantikan saudaranya Dipati Unus dari tahun 1521-1546. Sultan
Trenggana memperluas wilayah kekuasaan Demak ke Madiun (1529), Blora (1530),
Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1535), Kediri
(1539), dan Blambangan (1546). Usaha Demak memperluas wilayah dilanjutkan ke
Banten, Cirebon dan Jayakarta pada tahun 1525 dibawah pimpinan Fatahillah.
Wafatnya
Sultan Trenggana saat penaklukan Blambangan menimbulkan konflik keluarga yang
ingin menguasai tahta kerajaan Demak. Adiknya yang bernama Pangeran Seda ing
Lepen menjadi raja Demak, namun tidak berlangsung lama dan digantikan oleh
Pangeran Prawata putra Sultan Trenggana. Namun Arya Penangsang putra Pangeran
Seda ing Lepen sama-sama menginginkan tahta kerajaan Demak.
5. Kerajaan Banten
Untuk
mengurangi pengaruh Portugis di Nusantara, Fatahillah membuat kerajaan Banten
sebagai kerajaan bawahan Demak. Fatahillah melanjutkan penaklukannya ke
Cirebon, dan kekuasaan Banten diserahkan kepada puteranya yang bernama
Hasannudin.
Pada
tahun 1522 Banten memutuskan untuk melepaskan diri. Dengan demikian, Hasanuddin
adalah pendiri dan peletak cikal-bakal kerajaan Banten. Hasanuddin dinikahkan
dengan putri Sultran Trenggono. Hasanuddin memiliki dua putera yaitu Maulana
Yusuf dan Pangeran Jepara. Pangeran Jepara menikah dengan putri penguasa
Jepara, Ratu Kali Nyamat dan menjadi pengganti penguasa Jepara.
Pada
tahun 1570 Banten diperintah Maulana Yusuf. Ia melakukan penaklukan ke kerajaan
Pajajaran yang masih beragama Hindu. Setelah Maulana Yusuf wafat tahun 1580,
kekuasaan diberikan kepada Maulana Muhammad. Proses peralihan kekuasaan ini
mendapat tentangan dari Pangeran Jepara. Usaha Pangeran Jepara untuk menguasai
Banten dilakukan dengan penyerangan, namun gagal karena Maulana Yusuf dibantu
oleh para ulama.
Tahun 1651-1682,
Banten mengalami kejayaan saat diperitah oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Ia sangat
keras terhadap Belanda. Anehnya, Sultan Haji (putra Sultan Ageng Tirtayasa)
tidak menyetujui dan malah bersekutu dengan Belanda.
6.
Kerajaan Mataram
Jaka
Tingkir menantu Pangeran Trenggono memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke
Pajang, dan kemudian mendirikan kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama di
Pajang dengan gelar Hadiwijaya. Jaka Tingkir melakukan penaklukan terhadap
kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur. Ia memberikan hadiah kepada dua orang
yang telah berjasa selama penaklukan, mereka adalah Ki Ageng Pamanahan yang
ditempatkan di Mataram dan Ki Ageng Panjawi yang ditempatkan di Panjawi.
Pada
tahun 1578 didirikan keraton oleh Pamanahan di Plered sebagai ibukota wilayah
Mataram. Setelah Pamanahan, kekuasaan wilayah dilanjutkan oleh anaknya yang
bernama Senapati. Kelak, Senapati yang menjadi peletak cikal-bakal kerajaan
Mataram. Pada tahun 1613-1645, Sultan Agung membawa Kerajaan Mataram ke dalam
masa kejayaan. Amangkurat I putera dari Sultan Agung melakukan kerjasama dengan
Belanda untuk dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan di daerah. Belanda
berkeinginan untuk menguasai tanah Jawa yang subur dengan memecah Mataram
menjadi beberapa kerajaan kecil dan memaksa untuk dilakukan Perjanjian Giyanti
(1755). Isi dari Perjanjian Giyanti adalah membagi kerajaan Mataram menjadi dua
wilayah kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta dengan Mangkubumi sebagai raja
dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I, dan Kasunanan Surakarta dengan raja
Susuhunan Pakubuwono III.Tahun 1813, oleh Belanda wilayah Mataram dibagi
menjadi 4 bagian yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.
7.
Kerajaan Goa Tallo
Goa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun 1603 Goa
menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo
menjadi kerajaan Islam saat Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan
Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian besar Sulawesi dan bagian timur Nusa
Tenggara.
Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin
(1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkan, bahkan kegigihannya
sangat merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal dengan “ayam jantan dari
timur”. Penguasa Makassar selanjutnya adalah Mapasomba, putra Hasanuddin.
Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh
Aru Palaka menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1667, Belanda
dapat menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang
isinya antara lain :
1.
Pengakuan hak
monopoli Belanda.
2.
Belanda dapat
mendirikan benteng-benteng pertahanan di Makassar.
3.
Makassar
melepaskan daerah-daerah kekuasaan.
4.
Aru Palaka diakui
sebagai Raja Bone.
- Kerajaan Ternate Dan Tidore
Di pulau Maluku terdapat empat kerajaan besar, yaitu Jailolo,
Bacan, Ternate dan Tidore. Ternate dan Tidore merupakan kerajaan besar yang
menguasai persaingan perdagangan dibandingkan dengan lainnya. Dalam
persaingannya Ternate membentuk Uli lima (persekutuan lima) yang terdiri dari
Bacan, Obi, Seram dan Ambon, sedangkan Tidore membentuk Uli siwa (persekutuan
sembilan) yang terdiri dari Jailolo, Makian, dan pulau-pulau kecil di Maluku sampai
Irian.
Portugis bersekutu dengan Ternate dan Spanyol bersekutu
dengan Tidore. Dengan perjanjian Saragosa Spanyol menguasai Filipina dan
Portugis menguasai Maluku. Sultan Tabariji dari Ternate ditangkap tanpa alasan
jelas dan dibuang ke Goa. Melihat kejadian tersebut Sultan Hairun sebagai
penguasa kerajaan Ternate secara terang-terangan menentang hak monopoli
Portugis di Maluku, dengan tipu muslihat Sultan Hairun dibunuh oleh bangsanya
sendiri.
Tahun 1570 Sultan Baabulah berhasil mengusir Portugis dari
tanah Ternate. Akhirnya Portugis keluar dari Maluku dan tinggal didaerah Timor
Timur.
TEORI-TEORI MASUKNYA
ISLAM KE INDONESIA
Pada abad ke-13 Masehi, merupakan
awal dimana masuknya Agama Islam di Indonesia melalui Pedagang Muslim. namun
tetap saja para Ahli memiliki pendapat yang berbeda – beda. Yang jelas ada
beberapa teori yang berlaku yang menjadi proses masuknya agama islam ke Indonesia.
1. Teori
Gujarat
Teori yang dipelopori oleh Snouck
Hurgronje ini menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad
ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
2. Teori
Mekkah
Teori ini adalah teori baru yang
muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13
dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad
ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa
pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat
Sumatera.
3. Teori
Persia
Teori ini dipelopori oleh P.A Husein
Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para
pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara
kebudayaan masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.
Secara Proses !! Masuk
nya Islam ke Indonesia terdapat beberapa Cara. Diantaranya melalui : Perdangan,
Perkawinan, Pendidikan , dan Kesenian. Secara Detail berikut adalah Penjabaran
sejarah proses masuknya islam ke Indonesia.
a.
Melalui Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh
jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia.
Letak Indonesia yang sangat strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di
Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia
termasuk para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang
muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara.
Para pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari
negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yang datang atas
undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran penting
dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia.
b.
Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi,
para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal ini
menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka
dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim
terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim dengan
penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
c.
Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan
Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan dilakukan
di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama, ataupun
kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan
mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.
d.
Melalui Kesenian
Wayang adalah salah satu
sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga
adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk mengenalkan
agama Islam. Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah
Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.
SUMBER BUKTI
MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Ada
beberapa catatan –catatan tentang Sumber dan Bukti Masuknya Islam Ke Indonesia,
antara lain :
a.
Pedagang Arab
Berdasarkan catatan dari Ibnu Hordadzbeth (844-848), Sulayman
(902), Ibnu Rosteh (903), Abu Zayid (916) dan Mas’udi (955) menyebutkan bahwa
Kerajaan Sriwijaya melakukan perdagangan dengan kerajaan Oman dengan menjual
kayu, timah, gading, rempah-rempah, merica, pala dan lain-lain. Ini terjadi
pada tahun 7 saat Sriwijaya dipimpin oleh Raja Zabaq.
b. Ibnu Batuta
Ibnu Batuta mendapat tugas untuk melakukan pelayaran ke Cina
atas perintah Moh. Ibn Tuglag dari India. Ia mengemukakan bahwa di Indonesia
sudah menggunakan nama-nama yang bernuansa Arab, yakni Syekh dan Malik
c. Marcopolo
Saat perjalanan pulang Marcopolo dari Cina dan singgah di
Perlak sudah melihat adanya kerajaan Islam di Tumasik dan Samudera Pasai. Kedua
kerajaan tersebut menguasai Selat Malaka dan melakukan hubungan dagang ke
Gujarat dan Benggala.
d. Ma Huan
Pada tahun 1400 M, Ma Huan adalah seorang penulis muslim asal
Cina ikut serta bersama Laksamana Cheng-Ho yang juga Muslim melakukan eskpedisi
ke tanah Jawa. Catatannya yang ditulis dalam buku Yingyai Seng-lan, menuturkan
bahwa orang Cina yang bermukim di Jawa berasal dari Kanto, Zhangzhou, dan
Quanzhou, kebanyakan dari mereka telah masuk Islam dan mentaati agama.
e. Tome Pires
Dalam catatan orang Portugis yang bernama Tome Pires
menyebutkan bahwa pada awal abad XVI kerajaan-kerajaan di Sumatera telah
menganut ajaran Islam, di Tuban dan Gresik sudah terdapat keturunan ketiga para
pengusaha-pengusaha beragama Islam.
f. Batu Nisan
Ditemukannya batu nisan yang memiliki corak bernuansa Islam,
antara lain:
1.
Makam Fatimah
binti Maimun, diperkirakan meninggal pada tahun 1025.
2.
Makam Sultan Malik
al-Saleh, meninggal tahun 1297.
3.
Makam Syekh
Maulana Malik Ibrahim, meninggal tahun 1419.
g. Wali Songo
1.
Maulana Malik
Ibrahim atau Maulana Maghribi, menyebarkan agama Islam di Gresik dengan
menggunakan pendekatan pergaulan.
2.
Sunan Ampel,
menyebarkan agama Islam di Surabaya.
3.
Sunan Bonang putra
Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Tuban.
4.
Sunan Drajat putra
ketiga Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Sedayu (Surabaya).
5.
Sunan Giri (Raden
Paku) murid Sunan Ampel, menyebarkan Islam di Gresik.
6.
Sunan Muria,
menyebarkan Islam di daerah pedalaman Kudus.
7.
Sunan Kudus
(Udung), menyebarkan Islam di Kudus.
8.
Sunan Kalijaga
(Joko Said), menyebarkan Islam di Kadilangu (Demak).
- SunanGunung Jati (Fatahillah), menyebarkan Islam di
Cirebon.
Pengaruh Dan
Peninggalan Budaya Wali Songo
- Raden Fatah sewaktu menjadi raja Demak tidak memakai pakaian
adat Arab, tetapi memakai kuluk, jamang dan sumping.
- Cerita wayang lebih bervariasi, diambil cerita-cerita
rakyat dan cerita dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Bentuk wayang yang
semula boneka dimodifikasi menjadi pipih terbuat dari kulit.
3.
Menara Mesjid
Kudus mirip dengan candi dengan bentuk atap menyerupai pura. Sunan Giri menciptakan
lagu-lagu bernuansa Islam, seperti Ilir-ilir dan Jamuran.
AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDDHA DENGAN ISLAM
- Upacara Adat
Pada tahun 1284 Saka atau 1362 M, raja Hayam Wuruk melakukan
acara srada untuk memperingati wafatnya Rajapatni. Tradisi penghormatan
terhadap roh nenek moyang terasa masih sangat kental, walaupun sudah masuk
agama Hindu-Budha. Di saat masuknya agama Islam, upacara seperti ini tidak
hilang malah dibumbui dengan unsur-unsur Islam.
- Seni Bangunan
Arsitektur bangunan masjid dibuat secara khusus untuk
membedakan dengan bangunan lainnya. Biasanya atap masjid dibuat bertingkat,
denah persegi panjang, memiliki serambi depan atau samping, dikelilingi benteng
dan gerbang berbentuk gapura. Contoh-contoh masjid seperti ini dapat dijumpai
pada Masjid Marunda, Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, dan Masjid Agung
Cirebon.
- Seni Sastra
Sastra karya Hamzah Fanshuri merupakan contoh hasil
akulturasi kebudayaan Islam dengan Budha, seperti terlihat dalam karyanya yang
berjudul Syair Perahu yang mengibaratkan hidup manusia di dunia bagaikan mengarungi
lautan, dan Syait Si Burung Pingai yang menggambarkan jiwa manusia sama seperti
burung yang sama seperti dzat Tuhan.
KESIMPULAN
Masuknya pengaruh
agama dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki latar berlakang yang sama
dengan agama Hindu-Budha, yaitu melalui jalur perdagangan dengan pedagang Arab,
India dan Cina yang terlebih dahulu telah memeluk agama Islam.
Sejarah Masuknya
Islam Ke Indonesia banyak contohnya seperti di Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan
Malaka, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan
Banten, Kerajaan Mataram , Kerajaan Goa Tallo, Kerajaan Ternate Dan Tidore.
Teori atau Proses Masuknya Islam Ke Indonesia dengan cara Teori Gujarat, Teori Mekkah,
Teori Persia. Dan Prosesnya dengan Cara Perdagangan, Perkawinan, Pendidikan,
dan Kesenian. Selain yang di atas masih ada
beberapa catatan –catatan tentang Sumber dan Bukti Masuknya Islam Ke Indonesia,
antara lain : catatan Pedagang Arab, Ibnu
Batuta, Marcopolo, Ma Huan, Tome Pires, Batu Nisan, dan dari catatan Para Wali
Songo.
Beberapa Contoh-contoh Akulturasi Budaya Hindu-Budha Dengan
Islam, yaitu : Upacara adat, Seni Bangunan, dan Seni Sastra.