لَا تَأْتُوْا
الْبُيُوْتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَلَكِنَّ أْئتُوْهَا مِنْ جَوَانِبِهَا
فَاسْتَأْذِنُوْا، فَاِنْ أَذِنَ لَكُمْ فَادْخُلُوْا وَاِلَّا فَارْجِعُوْا
“ Janganlah kalian mendatangi rumah ( orang )
dari depan pintunya, tapi datangilah dari samping-samping. Lantas ijin. Jika
kalian diberi ijin, masuklah. Namun jika tidak pulanglah.” ( H.R. Tabrani )
Bertamu dalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka
mempererat silahturrahim. Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara
(sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi, dan sebagainya. Bertamu tentu
ada maksud dan tujuannya, antara lain menjenguk yang sedang sakit,
ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga, dan
sebagainya.
Tujuan utama bertamu menurut islam adalah menyambung persaudaraan
atau silaturrahim. Silaturrahim tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab) tapi
juga saudara seiman. Allah Swt memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik
dengan orang tua, saudara, kaum kerabat, dan orang-orang mu`min yang lain.
Mempererat tali sillaturahim baik dengan tetangga, sanak keluarga,
maupun teman sejawat merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina
kasih sayang, hidup rukun, tolong menolong, dan saling membantu antara yang
kaya dengan yang miskin.
Silahturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi
juga akan banyak menambah wawasan ataupun pengalaman karena bisa saja pada saat
berinteraksi terjadi pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan
masalah-masalah perdagangan baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki,
dan sebagainya.
Apabila manusia memutuskan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah
untuk dihubungkan, maka ikatan sosial masyarakat akan berantakan, kerusakan
menyebar di setiap tempat, permusuhan terjadi dimana-mana, sifat egoisme muncul
kepermukaan. Sehingga setiap individu masyarakat menjalani hidup tanpa
petunjuk, seorang tetangga tidak mengetahui hak tetangganya, seorang faqir
merasakan penderitaan dan kelaparan sendirian karena tidak ada yang peduli.
“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An
Nisa’ : 1)
Dalam hadits ini, Nabi berpesan bagaimana etika mendatangi rumah
saat bertemu. Yaitu dilarang menghadapi pintu rumah, dikhawatirkan isi rumah
yang semestinya tak pantas dia pandang. Entah pemilik rumah atau perkakas rumah
tangga yang tidak pantas terlihat, atau semua yang tidak diinginkan pemiliknya
dilihat orang lain. Bisa jadi tuan rumah baru berpakaian rumah yang transparan,
atau boleh jadi sedang sibuk bekerja sehingga perlu bersisir. Atau mungkin
peralatan rumah tangga semrawut sehingga perlu dirapikan dan diatur lebih
dahulu.
Karenanya bertamu dihadapan pintu, besar kemungkinanya mengkorek
keburukan dan aurat. Padahal yang demikian dilarang dalam islam. Karenanya Nabi
SAW memerintahkan agar kita tidak mendatangi rumah dari depan pintu, namun
lewat samping pintu, kiri atau kanan, sembari menunggu ijin dengan penuh kesopanan.
Etika kedua dalam bertamu adalah meminta ijin dengan mengetuk pintu
atau bel.
Jika diijinkan kita masuk, jika tidak, kita pulang. Diijinkan
masuk, tandanya dibukakan pintu, dijawab, atau disambut oleh orang yang kita
kunjungi. Tidak diijinkan tandanya orang yang kita cari tak ada, tidur, sibuk
dengan tamu lain, atau sama sekali tak ada jawaban.
Bagaimana kita bisa mengerti batasan-batasannya? Nabi mengajarkan
kita cara tersebut dalam hadits lain. Beliau, katakana meminta ijin cukuplah
tiga kali seraya mengetuk pintu. Jika tidak dibukakan hendaklah pulang.
Etika Bertamu
1.
Meminta izin.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu
masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali
(saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (An-Nur 27-28)
2.
Minta Izin Maksimal Tiga Kali
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata, Abu Musa telah meminta izin
tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya, tetapi tidak ada yang menjawab,
lalu dia pergi, maka sahabat Umar menemuinya dan bertanya, "Mengapa kamu
kembali?" Dia menjawab, "Saya mendengar Rasulullah bersabda,
Barangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak ada jawaban, maka hendaklah
kembali. (Shahih HR. Ahmad)
3.
Tidak Menghadap Ke Arah Pintu Masuk, Namun Disisi Kanan atau Kirinya
Dari Abdullah bin Bisyer ia berkata, Adalah Rasulullah apabila
mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya ke depan pintu,
tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan "Assalamu
‘alaikum … assalamu'alaikum …" (Shahih HR. Abu Dawud)
4.
Jika Ditanya Hendaknya Menyebut Nama Yang Jelas
Saya datang kepada Rasulullah untuk membayar hutang ayahku. Lalu
aku mengetuk pintu rumahnya. Lalu beliau bertanya, "Siapa itu?" Lalu
aku menjawab, "Saya." Nabi berkata, "Saya?… Saya? … seakan-akan
beliau tidak menyukainya. (HR. Bukhari)
5.
Dilarang Mengintai Ke Dalam Bilik
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip
sebagian kamar Nabi, lalu Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak
panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku
melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu. (HR. Bukhari)
6.
Bila Diminta Pulang, Hendaknya Pulang
Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka
hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (lihat ayat diatas)
7.
Menyempaikan Salam Kepada Shohibul Bait Bila Telah Berjumpa
hadits dari Abu Hurairoh bahwasanya ia berkata, Rasulullah
bersabda, "Hak orang muslim kepada muslim yang lain ada enam
perkara." Beliau ditanya "Apa itu wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Jika kamu menjumpainya, hendaknya engkau menyampaikan salam
kepadanya..." (HR. Muslim)
8.
Tidak
Masuk Bila Yang Mengizinkan Wanita
Seorang tamu pria hendaknya tidak masuk rumah apabila yang
mempersilahkan masuk adalah seorang wanita. Kecuali wanita tersebut telah
diizinkan oleh suaminya atau mahromnya.
Amr berkata, Rasulullah melarang kami meminta izin untuk menemui
wanita tanpa mendapat izin suaminya. (Shahih HR. Ahmad)
Dari Amr bin Al-Ash dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah melarang
kami masuk di rumah wanita yang tidak ada mahromnya. (Shahih HR. Ahmad)
9.
Menundukkan Pandangan Jika Apabila Melihat Wanita (lawan jenis)
Katakanlah kepada kaum laki-laki beriman, hendaklah mereka
menundukkan sebagian pandangannya dan menjaga farjinya. Yang demikian itu lebih
bersih untuk mereka. Sesungguhnya Allah itu Maha waspada dengan apa yang mereka
kerjakan. (An-Nur: 30)
10.
Mendoakan Shohibul Bait
Dari Hisyam bin Yusuf, dia berkata, Saya mendengar Abdullah bin
Bisyr menceritakan bahwa ayahnya pernah membuat makanan untuk Nabi, lalu dia
mengundangnya, lalu beliau mendatangi undangannya. Maka tatkala selesai makan,
beliau berdoa, Ya Allah, ampunilah dosanya dan rohmatilah dia dan berkahilah
rizki yang engkau berikan kepadanya. (HR. Muslim dan Ahmad)
11.
Tidak Menceritakan Aibnya Kepada Orang Lain
Abu Hurairoh, dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah bersabda,
"Tahukah kamu apa ghibah itu?" Mereka menjawab, "Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu." Lalu beliau bersabda, "Ghibah adalah engkau
menyebutkan saudaramu (kepada orang lain) dengan sesuatu yang ia benci."
Lalu dikatakan kepadanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila aib
yang kuceritakan itu memang benar?" Beliau menjawab, "Jika apa yang
kamu ceritakan itu benar, berarti kemu meng-ghibah-nya. Jika tidak, berarti
engkau berbuat dusta." (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar